Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Gky. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Gky. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 April 2016

Di Gereja Kristus Yesus (GKY) Pluit ; Ahok Menuai Cintanya

- 0 komentar
 JAKARTA, Mantan bupati Belitung Timur, Basuki Tjahaja Purnama mengaku bertemu dan jatuh cinta kepada istrinya, Veronica Tan di Gereja Kristus Yesus (GKY) Pluit, Jakarta Utara. Ia jatuh cinta dan menjalin kasih setelah pertemuan ketika melakukan kebaktian di gereja.

"Saya ketemu istri juga di sini. Dapetnya di sini. Ngejarnya juga di sini. Hahaha," kata Basuki di Gereja Kristus Yesus setelah melakukan kebaktian Natal pada Senin (24/12/2012).

Veronica Basuki saat ditemui usai mengiringi lagu Natal mengatakan, dirinya memang bertemu dengan Basuki saat pelayanan gereja. Tetapi ia tidak mengetahui secara pasti apakah Basuki jatuh cinta setelah melihat kemahirannya bermain piano.

Veronica mengungkapkan, ia bertemu dengan Basuki pada tahun 1994. Saat itu ia tidak sempat pacaran lama karena segera dinikahi oleh wakil gubernur DKI Jakarta tersebut.

Malam ini Basuki yang lebih akrab disapa Ahok mengikuti ibadah Natal di Gereja Kristus Yesus Pluit. Ia duduk bersama jemaat lainnya untuk mendengarkan khutbah dari pendeta Davit Jioe.

Selain itu, anak tertua Basuki juga turut menyanyikan lagu rohani Natal bersama choir gereja. Didampingi iringan piano ibunya, keluarga tersebut tampak sakral menjalani pelayanan dan doa Natal.

sumber : disini
[Continue reading...]

Kamis, 29 September 2016

Kesaksian Basuki Tjahaha Purnama (Ahok)

- 0 komentar
Saya lahir di Gantung, desa Laskar Pelangi, di Belitung Timur, di dalam keluarga yang belum percaya kepada Tuhan. 

Beruntung sekali sejak kecil selalu dibawa ke Sekolah Minggu oleh kakek saya. Meskipun demikian, karena orang tua saya bukan seorang Kristen, ketika beranjak dewasa saya jarang ke gereja.


baca juga : Sebuah Quotes dahsyat dari Ahok: Kita harus biasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa

Saya melanjutkan SMA di Jakarta dan di sana mulai kembali ke gereja karena sekolah itu merupakan sebuah sekolah Kristen. 

Saat saya sudah menginjak pendidikan di Perguruan Tinggi, Mama yang sangat saya kasihi terserang penyakit gondok yang mengharuskan dioperasi. 

Saat itu saya walaupun sudah mulai pergi ke gereja, tapi masih suka bolos juga. Saya kemudian mengajak Mama ke gereja untuk didoakan, dan mujizat terjadi. 

Mama disembuhkan oleh-Nya! Itu merupakan titik balik kerohanian saya. 

Tidak lama kemudian Mama kembali ke Belitung, adapun saya yang sendiri di Jakarta mulai sering ke gereja mencari kebenaran akan Firman Tuhan.


baca juga : Patut jadi Panutan, Ahok: Saya Mempermalukan Gereja Kristen kalau Korupsi!

Suatu hari, saat kami sedang sharing di gereja pada malam Minggu, saya mendengar Firman Tuhan dari seorang penginjil yang sangat luar biasa. 


Ia mengatakan bahwa Yesus itu kalau bukan Tuhan pasti merupakan orang gila. 

Mana ada orang yang mau menjalankan sesuatu yang sudah jelas tidak mengenakan bagi dia? Yesus telah membaca nubuatan para nabi yang mengatakan bahwa Ia akan menjadi Raja, tetapi Raja yang mati di antara para penjahat untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Ia masih mau menjalankannya! 

Itu terdengar seperti suatu hal yang biasa-biasa saja, tetapi bagi saya merupakan sebuah jawaban untuk alasan saya mempercayai Tuhan. 

Saya selalu berdoa “Tuhan, saya ingin mempercayai Tuhan, tapi saya ingin sebuah alasan yang masuk akal, cuma sekedar rasa doang saya tidak mau,” dan Tuhan telah memberikan 

PENCERAHAN kepada saya pada hari itu. Sejak itu saya semakin sering membaca Firman Tuhan dan saya mengalami Tuhan.


baca juga : Di Gereja Kristus Yesus (GKY) Pluit ; Ahok Menuai Cintanya

Setelah saya menamatkan pendidikan dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi pada tahun 1989, saya pulang kampung dan menetap di Belitung. 


Saat itu Papa sedang sakit dan saya harus mengelola perusahaannya. Saya takut perusahaan Papa bangkrut, dan saya berdoa kepada Tuhan. 

Firman Tuhan yang pernah saya baca yang dulunya tidak saya mengerti, tiba-tiba menjadi rhema yang menguatkan dan mencerahkan, sehingga saya merasakan sebuah keintiman dengan Tuhan. 

Sejak itu saya kerajingan membaca Firman Tuhan. Seiring dengan itu, ada satu kerinduan di hati saya untuk menolong orang-orang yang kurang beruntung.


baca juga : Gara-Gara Kaki Terinjak di Gereja, Jadi Awal Mula Kisah Cinta Ahok Dan Veronica

Papa saat masih belum percaya Tuhan pernah mengatakan, “Kita enggak mampu bantu orang miskin yang begitu banyak. 

Kalau satu milyar kita bagikan kepada orang akhirnya akan habis juga.” Setelah sering membaca Firman Tuhan, saya mulai mengerti bahwa charity berbeda dengan justice. 

Charity itu seperti orang Samaria yang baik hati, ia menolong orang yang dianiaya. 

Sedangkan justice, kita menjamin orang di sepanjang jalan dari Yerusalem ke Yerikho tidak ada lagi yang dirampok dan dianiaya. Hal ini yang memicu saya untuk memasuki dunia politik.

baca juga : Prinsip-prinsip Ahok dalam Berpolitik dan Memimpin.


Pada awalnya saya juga merasa takut dan ragu-ragu mengingat saya seorang keturunan yang biasanya hanya berdagang. 


Tetapi setelah saya terus bergumul dengan Firman Tuhan, hampir semua Firman Tuhan yang saya baca menjadi rhema tentang justice. 

Termasuk di Yesaya 42 yang mengatakan Mesias membawa keadilan, yang dinyatakan di dalam sila kelima dalam Pancasila. Saya menyadari bahwa panggilan saya adalah justice. 

Berikutnya Tuhan bertanya, “Siapa yang mau Ku-utus?” Saya menjawab, “Tuhan, utuslah aku”.
Di dalam segala kekuatiran dan ketakutan, saya menemukan jawaban Tuhan di Yesaya 41. 


Di situ jelas sekali dibagi menjadi 4 perikop. Di perikop yang pertama, untuk ayat 1-7, disana dikatakan Tuhan membangkitkan seorang pembebas. 

Di dalam Alkitab berbahasa Inggris yang saya baca (The Daily Bible – Harvest House Publishers), ayat 1-4 mengatakan God’s providential control, jadi ini semua berada di dalam kuasa pengaturan Tuhan, bukan lagi manusia. 

Pada ayat 5-10 dikatakan Israel specially chosen, artinya Israel telah dipilih Tuhan secara khusus.

Jadi bukan saya yang memilih, tetapi Tuhan yang telah memilih saya. 


Pada ayat 11-16 dikatakan nothing to fear, saya yang saat itu merasa takut dan gentar begitu dikuatkan dengan ayat ini. 

Pada ayat 17-20 dikatakan needs to be provided, segala kebutuhan kita akan disediakan oleh-Nya. 

Perikop yang seringkali hanya dibaca sambil lalu saja, bisa menjadi rhema yang menguatkan untuk saya. Sungguh Tuhan kita luar biasa.


baca juga : Ahok ke Jemaat Gereja: Doakan Kami Bisa Mewujudkan Keadilan Sosial


Di dalam berpolitik, yang paling sulit itu adalah kita berpolitik bukan dengan merusak rakyat, tetapi dengan mengajar mereka.


Maka saya tidak pernah membawa makanan, membawa beras atau uang kepada rakyat. 

Tetapi saya selalu mengajarkan kepada rakyat untuk memilih pemimpin: yang pertama, bersih yang bisa membuktikan hartanya dari mana. 

Yang kedua, yang berani membuktikan secara transparan semua anggaran yang dia kelola. 

Dan yang ketiga, ia harus profesional, berarti menjadi pelayan masyarakat yang bisa dihubungi oleh masyarakat dan mau mendengar aspirasi masyarakat. 

Saya selalu memberi nomor telepon saya kepada masyarakat, bahkan saat saya menjabat sebagai bupati di Belitung. 

Pernah satu hari sampai ada seribu orang lebih yang menghubungi saya, dan saya menjawab semua pertanyaan mereka satu per satu secara pribadi. 

Tentu saja ada staf yang membantu saya mengetik dan menjawabnya, tetapi semua jawaban langsung berasal dari saya.

Pada saat saya mencalonkan diri menjadi Bupati di Belitung juga tidak mudah. Karena saya merupakan orang Tionghoa pertama yang mencalonkan diri di sana. 


Dan saya tidak sedikit menerima ancaman, hinaan bahkan cacian, persis dengan cerita yang ada pada Nehemia 4, saat Nehemia akan membangun tembok di atas puing-puing di tembok Yerusalem.

Hari ini saya ingin melayani Tuhan dengan membangun di Indonesia, supaya 4 pilar yang ada, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya wacana saja bagi Proklamator bangsa Indonesia, tetapi benar-benar menjadi pondasi untuk membangun rumah Indonesia untuk semua suku, agama dan ras. 


Hari ini banyak orang terjebak melihat realita dan tidak berani membangun. Hari ini saya sudah berhasil membangun itu di Bangka Belitung. 

Tetapi apa yang telah saya lakukan hanya dalam lingkup yang relatif kecil. Kalau Tuhan mengijinkan, saya ingin melakukannya di dalam skala yang lebih besar.

Saya berharap, suatu hari orang memilih Presiden atau Gubernur tidak lagi berdasarkan warna kulit, tetapi memilih berdasarkan karakter yang telah teruji benar-benar bersih, transparan, dan profesional. 


Itulah Indonesia yang telah dicita-citakan oleh Proklamator kita, yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah dan nyawa. Tuhan memberkati Indonesia dan Tuhan memberkati Rakyat Indonesia.

sumber : disini
[Continue reading...]

Kamis, 18 Februari 2016

Gara-Gara Kaki Terinjak di Gereja, Jadi Awal Mula Kisah Cinta Ahok Dan Veronica

- 0 komentar


JAKARTA Siapa sangka jika Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok dan istrinya Veronica Tan dipertemukan sebagai pasangan gara-gara kaki terinjak?

Kejadian kaki terinjak itu menjadi awal mula kisah cinta Basuki dan Veronica hingga saat ini sudah menjalani biduk rumah tangga selama 19 tahun.


"Pertama kali bertemu di gereja, tidak sengaja kakinya terinjak. Bukan dari mata turun ke hati, tapi dari kaki naik ke hati," ujar Basuki beberapa waktu lalu sambil malu-malu saat menceritakan pertemuan pertamanya dengan Veronica. 


baca juga 'Di Gereja Kristus Yesus (GKY) Pluit; Ahok menuai cintanya'.

Basuki mengatakan, ia bertemu dengan Veronica di Gereja Kristus Yesus, Pluit, Jakarta Utara. Saat kejadian itu, Basuki sudah bekerja, sedangkan Veronica baru lulus kuliah. Tak ada alasan khusus yang membuat Basuki jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Veronica yang bermula dari kaki itu.


"Ya lihat kakinya saja, kalau kakinya montok dan bagus berarti kepribadiannya kokoh. Itu saja," katanya.


Selain itu, kepiawaian Veronica bermain piano ketika di gereja juga menjadi ketertarikan Basuki lainnya. Disamping itu, Veronica yang berbeda usia sembilan tahun dengannya ini juga pandai bernyanyi.

Bersama Veronica, Basuki sudah dikaruniai tiga orang anak yang sudah tumbuh remaja, yakni Nicholas Sean Purnama, Nathania, dan Daud Albeenner. Ia mengaku mendidik ketiga anaknya bersama-sama dengan Veronica, meskipun tak dipungkirinya jika didikan Veronica sebagai seorang ibu sangat diacungi jempol olehnya.


Meskipun demikian, Basuki mengaku tidak pernah merayakan Valentine ataupun memberikan kejutan-kejutan supaya rumah tangganya bisa awet. Menurutnya memaafkan dan mengampuni adalah kunci sukses rumah tangga yang dijalaninya.

"Kami tidak pernah rayakan Valentine-Valentine. Aku nih bukan orang rokok makan gratis (romantis). Tips awetnya ya, harus memaafkan dan mengampuni, menerima apa adanya," ujarnya sambil terkekeh.

Ia juga menyebutkan bahwa diantara dirinya dan Veronica tidak ada saling cemburu dan percaya satu sama lain. Menurutnya, kecemburuan tergantung hati masing-masing.

"Konflik kecil juga tidak ada masalah. Kadang-kadang kayak ngatur anak bisa beda pendapat. Misalnya saya minta anak mandi pagi, Bu Vero kalau liburan minta anak-anak mandinya siang. Kayak gitu-gitu," pungkasnya.

sumber : disini
[Continue reading...]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © . TAKUdaGEMA - Tak Kulihat dari Gereja Mana - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger